Lima Pilar Ketahanan Sebuah Bangsa

Artikel162 Dilihat
Share

Oleh : Dede Farhan Aulawi


Ketika berbicara tentang ketahanan, biasanya persepsi orang menggambarkan tentang senjata, kendaraan tempur dan berbagai perlengkapan tempur lainnya. Tentu tidak salah karena begitulah gambaran istilah “pertahanan/ ketahanan” yang banyak dipahami selama ini. Namun seiring dengan perkembangan zaman, dimana dimensi berbagai persoalan semakin meluas maka variable pertahanan dan ketahanan suatu bangsa juga bertambah. Dimensi pertahanan yang diilustrasikan dengan kemampuan gelar kekuatan militer dalam menghadapi infiltrasi musuh juga semakin meluas, karena dimensi peperangan saat ini bisa terjadi dalam berbagai kontek.

Sebagai ilustrasi dulu peperangan dianggap satu – satunya alternative untuk menguasai suatu wilayah/ teritori yang dikehendaki. Umumnya karena pertimbangan untuk menguasasi sumber daya alam di teritori yang dimaksud. Dengan kekuatan militer yang dianggapnya kuat, lalu menggerakan pasukan untuk melakukan pendudukan atau penjajahan. Dalam praktik tentu akan ada perlawanan dari pihak yang merasa diduduki/ dijajah, maka timbullah apa yang namanya peperangan.

Saat ini dimensi pertahanan bukan hanya itu, karena format serangan tidak semata – mata dengan menggerakan kekuatan militer. Salah satu format yang banyak terjadi saat ini, misalnya serangan arus modal yang bernama investasi. Dengan alasan “investasi” itulah sumber daya alam suatu negara bisa dikuasai oleh pemodal yang notabene bisa dari bangsa lain. Dalam kontek ini, substansi penguasaan teritori dengan menguasai sumber daya alamnya tercapai, tanpa harus menggunakan kekuatan militer yang bisa menimbulkan peperangan. Jadi peperangan saat ini, bisa terjadi dalam pertempuran militer, pertempuran ekonomi, dan lain – lain. Oleh karena itu model pengembangan strategi pertahanan dan ketahanan pun bisa berubah.

Pada kesempatan ini, mari memahami ilustrasi sebuah terminologi Ketahanan Kontemporer yang berbasis pada fakta persaingan antar bangsa saat ini. Tanpa harus menguasai wilayahnya, tapi tetap bisa menguasai sumber dayanya.

Sesungguhnya ada 5 pilar ketahanan sebuah bangsa yang mau tidak mau, siap ataupun tidak siap tetap harus dipersiapkan, yaitu :

1. Ketahanan Militer.

Meskipun probabilitas persaingan dengan menggunakan kekuatan militer cenderung semakin kecil, tetapi tetap tidak bisa dinafikan bahwa kemungkinan perang itu akan selalu ada. Oleh karena itulah sering bicara soal gelar kekuatan militer, baik gelar kekuatan matra darat, matra laut maupun matra udara. Di sini bicara soal postur kekuatan, mulai soal alokasi anggaran militer, jumlah personil militer, dan komposisi persenjataan yang dimiliki. Mulai dari senjata ringan sampai senjata berat, bahkan sampai senjata yang memiliki hulu ledak nuklir. Termasuk pengembangan model – model bom kimia dan biologi. Begitulah setiap bangsa terus berlomba membuat persenjataan dengan teknologi mutakhirnya, bahkan seringkali sengaja dipertontonkan sebagai show of force. Padahal di saat yang bersamaan, berbagai lembaga dan komunitas internasional mengadakan seminar, FGD, konferensi dan sebagainya untuk bersatu membuat peradaban dunia yang aman dan damai. Sebuah anomali fakta yang sulit dibantahkan.

2. Ketahanan Pangan.

Luas daratan lama kelamaan semakin mengecil. Bisa karena erosi sungai, abrasi laut, maupun pemanasan global yang menyebabkan mencairkan es di kutub bumi. Volume air laut meningkat dan daratanpun sedikit demi sedikit terendam. Di saat yang bersamaan populasi manusia terus bertambah yang praktis menyebabkan peningkatan kebutuhan akan pangan dan kebutuhan lahan untuk tempat tinggal terus meningkat. Di sini hukum ekonomi akan berlaku, yaitu saat supply berkurang sementara demand meningkat, maka harga – harga otomatis akan mahal. Lihatlah fakta empirik dimana harga – harga sembako semakin mahal. Lihat juga realitas bahwa harga tanah di berbagai daerah semakin mahal. Harga mahal kalau diimbangi dengan peningkatan daya beli tentu tidak masalah. Tetapi harga mahal saat daya beli menurun maka berpotensi menimbulka kerawanan dan kriminalitas. Lahan – lahan produktif penghasil pangan, telah beralih fungsi menjadi perumahan, industry, pertokoan dan sebagainya sehingga jumlah produksi pangan semakin tahun semakin berkurang. Padahal jumlah penduduk yang membutuhkan pangan pasti terus meningkat. Bahkan beberapa ahli menyampaikan bahwa suatu saat akan sangat dimungkinkan banyak konflik sosial sampai peperangan dikarena sengakata lahan, pangan dan air.

Baca Juga :  Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Serta Pungutan Liar

3. Ketahanan Energi

Suatu kemajuan dapat diukur dengan berbagai parameter, seperti jumlah kendaraan, gedung – gedung yang besar, dan lain – lain yang tentu membutuhkan sumber daya energy yang luar biasa. Sementara itu sumber daya energy tentu terbatas sekali, apalagi kalau dikaitkan dengan sumber daya alam, seperti batu bara, minyak bumi, dan sebagainya. Cadangan sumber daya alam yang menurun, tetapi kebutuhan meningkat bisa menimbulkan “syahwat kolonialisme” kembali lahir meskipun dengan format yang menyesuaikan. Sengketa wilayah perbatasan, perebutan suatu daerah seringkali bermuara karena suatu alasan untuk penguasaan sumber daya alam. Sumber daya energy yang berbasis pada alam akan semakin berkurang akan dieksploitasi terus menerus, padahal jumlah kebutuhan energy pasti akan meningkat. Oleh karena itu focus untuk meningkatkan ketahanan energy adalah mencari sumber – sumber energy baru dan terbarukan.

4. Ketahanan kesehatan

Di balik semua profil ketahanan yang disampaikan di atas, ada lagi penentu akhir kalkulasi kekuatan pertahanan, yaitu tingkat kesehatan manusianya. Sehebat apapun senjata dan peralatan, jika manusianya sakit – sakitan maka senjata tersebut tidak bisa digunakan secara optimal. Bagaimana militansi tempur akan terjaga, jika ksatria – ksatria penjaganya tergelatak di atas ranjang rumah sakit. Lahirnya konsep senjata biologis untuk membobol pertahanan Negara lain dengan menciptakan “penyakit” yang membuat manusianya lemah. Tidakkah bisa melihat banyaknya peringatan dini, tatkala banyak penyakit baru yang muncul akhir – akhir ini. Apakah model berfikir kebanyakan masih seperti anak polos yang hanya menduga sekedar pancaroba musim dengan menisbikan variable – variable lain dari upaya pelemahan kekuatan. Pengambilan sampel darah untuk penelitian di banyak negara maju seringkali dipandang dari perspektif keilmuan semata, tapi lebih dari itu bisa dibaca untuk mengukur kekuatan lawan dari perpektif ketahanan fisiologis manusianya terhadap berbagai penyakit.

5. Ketahanan Mental Spiritual

Di samping soal kesehatan fisik yang harus diperhatikan, juga masalah kesehatan mental spiritual. Berapa besarnya jumlah rakyatnya, kalau mental spiritualnya tidak sehat justru akan merusak ketahanan dari dalam. Contohnya berapa banyak uang Negara yang hilang ditangan para koruptor yang secara fisik mereka sehat dan pinter, tapi karena mental spiritualnya tidak sehat maka Negara bisa rusak. Uang Negara yang seharusnya dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan warganya, malah digunakan untuk kepentingan sendiri. Betapa banyak rakyat yang menderita karena ulah mereka. Mereka berpesta di atas derita dan air mata rakyatnya sendiri. Sedih sekali rasanya ketika para koruptor ditangkap lalu di depan lensa kamera masih bisa senyum – senyum dan melambaikan tangan seperti kaum selebritas.

Ada apa di negeri ini ? Jika secara fisik dikenal istilah medical ckeck up, harusnya secara mental spiritual pun ada psychological check up.
Coba perhatikan negara China yang pernah membangun tembok yang kokoh, tinggi dan panjang sehingga tidak bisa ditembus oleh lawan. Tetapi saat penjaga gerbangnya tergoda oleh rayuan, maka pertahanan China pun bobol. Dan tentu banyak ilustrasi lainnya.

Singkat kata, mengintegrasikan 5 pilar ketahanan Negara menjadi sangat penting dan urgen agar Indonesia tetap jaya. Ada pepatah Jangan Coba – coba bangunkan macan tidur, tapi juga harus ingat JANGAN BIARKAN MACANNYA TIDUR KETERUSAN. Salam Sukses dan salam Merdeka, semoga NKRI tetap jaya. Sumbangsih pemikiran ringan untuk bangsa dan negara.(*)

Komentar