Jambi – Eskalasi politik di Provinsi Jambi mulai meningkat, ini sejalan dengan mulai daftarnya beberapa calon kepala daerah ke partai politik.
Kemudian saat ini juga sudah mulai mengerucut faksi-faksi politik di Jambi, karena kandidat sudah mulai membangun motor politik atau tim sukses.
Mirisnya, dengan sudah terbangunnya faksi politik, berdampak pada harmonisasi kehidupan bermasyarakat, setidaknya ini terlihat di media sosial.
Yang paling riskan, mulai muncul isu politik yang tak pantas, isu kedaerahan, dan kata-kata sarkas yang bisa membenturkan antar pendukung, padahal semuanya adalah masyarakat Jambi.
Hal ini turut menjadi perhatian Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Provinsi Jambi. Satu di antaranya Pimpinan Wilayah GP Ansor Jambi Awang Azhari menyebut biang-biang konflik jelang Pilkada harus diminimalisir, sekecil apapun.
“Jangan sampai agenda lima tahunan ini, kemudian tahapan yang hanya satu tahun, lalu membuat kita terpecah belah, tercerai berai,” kata Awang Azhari.
Saat ini kata dia masyarakat sudah cerdas, sehingga tidak lagi perlu menggunakan isu yang dapat membangun konflik, cukup menyampaikan program yang dibutuhkan masyarakat.
“Misal apa yang saat ini menjadi masalah di Jambi, harga karet murah, harga sawit dan komoditas lain murah, tim pemenangan cukup sampaikan program kandidat yang bisa meningkatkan harga komoditas itu, dan paparkan ke masyarakat, lalu biarkan masyarakat memilih. Tak perlu menggunakan narasi politik yang menyinggung, atau isu yang dapat memecah belah,” papar mantan Presiden BEM IAIN/UIN STS Jambi ini.
Di samping itu, ia juga meyakini kader-kader muda Nahdlatul Ulama (NU) yang berada di masing-masing kandidat, di parpol dan penyelenggara mampu memberi kesejukan di alam demokrasi Provinsi Jambi.
“Kami melihat hampir di semua kandidat yang muncul ini ada anak-anak muda NU menjadi Timses, bahkan di ring satu. Kemudian di partai politik juga begitu, ada banyak kader muda NU yang menjadi bagian dari struktur partai, bagian dari tim penjaringan partai, lalu di penyelenggara. Kami yakin keberadaan mereka di tengah-tengah dinamika politik Jambi, mampu membuat suasana sejuk dalam iklim politik kita, sesuai dengan ciri khas Nahdlatul Ulama yang mengedepankan hablumminannas, memanusiakan manusia, menjadikan etika dan toleransi sebagai pegangan hidup, termasuk di dunia politik,” paparnya.
Begitu juga disampaikan Ketua PW GP Ansor Provinsi Jambi, Juwanda. Ia menyebut kedewasaan masyarakat dalam berpolitik tergantung dengan kedewasaan para timses.
“Jadi menjaga persaudaraan itu lebih penting dibanding kepentingan politik lima tahunan. Maka harus kita jaga keharmonisan masyarakat Jambi ini,” harap Juwanda. (*)
Komentar