Sarolangun – Mainan bedil minyak tanah adalah bedil yang terbuat dari bambu atau disebut bedil bambu, sejak beberapa tahun belakangan ini tidak terdengar lagi di wilayah perdesaan anak-anak yang memainkan bedil bambu ini.
Padahal, permainan ini termasuk permainan tradisional dan biasanya dimainkan anak-anak ketika di bulan Ramadhan kala menunggu waktu beduk berbuka puasa, ketika hendak makan sahur dan ketika usai sholat Tarawih.
Tame, salah seorang warga Rantau Gedang, Kecamatan Bathin VIII kabupaten Sarolangun menuturkan, kini dentuman tersebut berganti dengan bunyi petasan.
“Saya sudah tidak mendengar lagi ada suara khas bedil minyak tanah di desa Rantau Gedang ini. Diperkirakan sekitar lima tahun ini kalau tidak salah,” kata Tame Selasa (07/05/2019).
Tame, juga mengatakan, ada kerinduan tersendiri akan permainan bedil minyak tanah tersebut, apa lagi saat bulan ramadhan. Soalnya permainan ini merupakan bagian dari masa kanak-kanaknya bersama teman-teman saat kecil.
“Salah satu kenangan yang tidak bisa dilupakan adalah insiden pecahnya bambu karena kami isi dengan karbit, pecahnya bambu membuat kami berhamburan lari semua,” tuturnya sambil menceritakan masa kecilnya.
Ia juga mengatakan, di beberapa desa di Kabupaten Sarolangun, salah satunya desa Pulau Buayo, permainan Bedil minyak tanah juga sudah menghilang.
“Saya sering lewat desa Pulau Buayo, desa Batu Penyabung. Tak pernah lagi dengar suara bedil minyak tanah. Rindu juga rasa ingin mendengarnya, karena teringat masa kecil. Yang sering terdengar suara parconlah (petasan) sekarang ini,” katanya
Ia berharap agar pihak pemerintah daerah dapat melestarikan permainan anak-anak saat bulan ramadhan tersebut. “Sayang kalau tidak dilestarikan. Nanti anak-anak kita hanya tau ceritanya saja. Padahal ini bagi kita permainan ini waktu itu merupakan bagian dari bulan ramadhan,” harapnya
Penulis : Rayan Arpandi
Editor : Ahmad Pudaili
Komentar